Supardi dan Bayu Rela Tinggalkan Usahanya demi Gaji Rp 16 Juta
 |
Saat pengambilan formulir pendaftaran ujian EPS TOPIK 2012 di Univ Veteran Yogyakarta |
BNP2TKI,
Yogyakarta, Selasa (08/05) -- Bisa menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI)
bekerja di Korea Selatan (Korsel), rupanya menjadi impian banyak
pemuda-pemudi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah
(Jateng). Bahkan, mereka sampai rela untuk meninggalkan usaha yang telah
digeluti di daerahnya.Supardi (26 tahun) dan Agus Bayu Hendro (29
tahun), misalnya. Kedua pemuda dari Kabupaten Sragen dan Kebumen,
Jateng, ini ketika ditanya www.bnp2tki.go.id secara terpisah di lokasi
pendaftaran EPS TOPIK Tahun 2012 di Universitas Pembangunan Nasional
(UPN) Veteran Yogyakarta, Senin dan Selasa (07 - 08/05) mengaku, rela
untuk meninggalkan usaha yang telah digeluti di daerahnya, sekiranya
jadi diterima sebagai TKI bekerja di negeri Ginseng.
"Saya sudah
lama merindukan agar bisa menjadi TKI di Korsel. Lantaran gajinya cukup
menggiurkan, Rp 16 juta perbulannya," tutur Supardi ketika ditemui
seusai mengisi formulir pendaftaran, Senin sore (07/05) kemarin.
Mengenai gaji TKI di Korsel sebesar Rp 16 juta perbulan, ia mengaku
mendapatkan cerita dari teman-teman di kampungnya yang pernah menjadi
TKI di Korsel.
Supardi menuturkan, selama ini sehari-hari membantu
orangtuanya bertani. Sekitar empat tahunan ia menyisihkan
penghasilannya antara Rp 400.000 sampai Rp 500.000 perbulannya hingga
terkumpul Rp 20 juta. "Saya mengumpulkan sisa penghasilan hingga
terkumpul Rp 20 juta untuk modal bisa bekerja di Korea nantinya.
Sehingga begitu diterima tidak repot mencari pinjaman untuk biaya
mengurus Paspor, Visa, periksa kesehatan, tiket pesawat, dan kebutuhan
lain yang terkait," kata Supardi.
Untuk mendaftar sebagai peserta
Ujian EPS TOPIK (Employment Permit System Test of Proficiency in Korean)
atau tes kecakapan bahasa Korea bagi TKI yang akan bekerja ke Korea
untuk tahun 2012 di UPN Veteran Yogyakarta ini, Supardi rela berangkat
pukul 03.00 dari kampung halamannya di Sragen. "Saya sangat mengimpikan
bisa menjadi TKI bekerja di Korsel. Bahkan, saya rela meninggalkan
pekerjaan sebagai buruh tani yang sudah digeluti selama ini. Mumpung
masih muda saya pengin bekerja dengan gaji yang tinggi," tuturnya.
Sedangkan
Agus Bayu Hendro, pemuda lulusan SMUN 1 Kebumen ini didalam
percakapannya lewat handphone, Selasa (08/05) mengatakan, merindukan
gaji yang pernah didapatkannya pada tiga tahun lalu. Tepatnya, ketika
pernah magang kerja selama tiga tahun (2006 - 2009) di Yokohama, Jepang.
"Selama tiga tahun bekerja magang di Jepang, saya terima gaji Rp 15
juta perbulannya. Saya sekarang mendaftarkan diri sebagai peserta Ujian
EPS TOPIK Tahun 2012, karena merindukan gaji bulanan yang pernah
dirasakannya selama di Jepang," kata Bayu, sapaan akrabnya.
Bayu
menuturkan, selama ini ia sudah menjalankan usaha sebagai pengepul
Kelapa Muda dan Kelapa di daerahnya yang didistribusikan ke berbagai
kota besar seperti Semarang, Jakarta, dan Bandung. Usaha ini dikelola
bersama kakak kandungnya.
Untuk membuka usaha pengepul kelapa ini,
Bayu memodali Rp 100 juta yang dibuat membeli satu unit mobil truk dan
kulakan kelapa. Dalam sekali angkut ia bisa mendapatkan laba bersih
antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Sebulan bisa dua atau tiga kali
angkut.
Namun, kata Bayu, ia masih ingin mencari modal lagi untuk
usaha sendiri, tanpa patungan lagi dengan kakak kandungnya. "Mumpung
masih muda, saya akan mengadu nasib menjadi TKI yang berpenghasilan
tinggi seperti di Jepang dan Korea. Saya rela meninggalkan usaha, biar
dikelola oleh kakak ," tuturnya.
Bayu menambahkan, sebetulnya
dirinya masih pengin menjadi TKI lagi di Jepang. Namun terkendala
persyaratan. "Untuk menjadi TKI bekerja di Jepang sekarang lebih sulit
dibanding di Korea. Di Korea cukup lulusan minimal SLTP. Di Jepang
sekarang harus lulusan perawat dan memiliki pengalaman kerja dua tahun,"
kata Bayu.
Itulah sebabnya, Bayu mengaku pengin mengadu nasib
menjadi TKI di Korea karena gajinya setara dengan TKI magang di Jepang
yang pernah dijalaninya selama tiga tahun.
Keinginan menjadi TKI
bekerja di Korea ini, juga disampaikan Gandis (19 tahun), remaja asal
Mlati, Kabupaten Sleman, dan Muhammad Udin, asal Kroya, Cilacap. "Dengan
penghasilan Rp 16 juta sebulan, saya yakin bisa segera mengumpulkan
uang dalam jumlah besar untuk sekali kontrak kerja selama tiga tahun.
Dan itu, bisa dibuat modal usaha," kata Gandis dan Udin.
4.382 Formulir Masuk
Sementara,
menurut penuturan Kasi Pelayanan dan Penempatan Direktorat Pelayanan
Penempatan Pemerintah BNP2TKI, Muhammad Fauzan, sampai hari kedua
(Selasa, 08/05) pukul 14.00 WIB pendaftaran EPS TOPIK Tahun 2012 yang
dilakukan di UPN Veteran Yogyakarta, sudah sebanyak 4.382 formulir yang
telah dimasukkan kembali oleh pendaftar kepada panitia.
Dikatakan
Fauzan, untuk pelayanan pendaftaran Ujian EPS TOPIK Tahun 2012 di UPN
Veteran Yogyakarta ini, ada enam petugas dari BNP2TKI dan beberapa
petugas dari BP3TKI Yogyakarta yang siap membantu panitia lokal selama
empat hari masa pembukaan pendaftaran Ujian EPS TOPIK (Senin - Kamis, 07
- 10 Mei 2012).
"Sementara panitia pusat (BNP2TKI, red.)
memberikan jatah 8.000 lembar formulir pendaftatran Ujian EPS TOPIK
Tahun 2012 untuk DIY dan Jateng.
Namun sekiranya 8.000 lembar
formulir itu habis sebelum ditutup, panitia pusat tentu akan memberikan
tambahan lagi sesuai yang dibutuhkan.***(Imam Bukhori)
Sumber :
http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/6621-supardi-dan-bayu-rela-tinggalkan-usahanya-demi-gaji-rp-16-juta.html